top of page

FINDING GOD

Perjalanan Menemukan Tuhan
Melalui Sains dan Spiritualitas

New Edition

Available in your local book stores and online shops.

external-file_edited_edited.png

“Mengapa aku ada?” adalah pertanyaan yang muncul serta-merta dari hasrat manusia untuk memahami hakikat dirinya dan kehidupan. Upaya menjawabnya melahirkan dua jalan besar pencarian yang seolah-olah bertolak-belakang: sains dan spiritualitas. Tetapi, keduanya sama-sama mengakui bahwa ada satu hal yang menjadi batas pencarian, yaitu ketakterbatasan—sumber penciptaan tunggal yang sering disebut sebagai Tuhan dengan segala nama yang disematkan kepada-Nya.

 

Finding God adalah sebuah riset sekaligus perjalanan pribadi penulis selama 28 tahun untuk memahami Tuhan dan misteri penciptaan melalui jalan sains dan spiritualitas sekaligus. Dengan pembahasan yang memukau dan jenaka, mula-mula kita dipandu menelusuri upaya sains untuk menguak rahasia kehidupan, mulai dari era Newton, Einstein, hingga teori-teori fisika quantum mutakhir. Kemudian, berbekal data dan informasi sains, pelan-pelan kita dibimbing untuk memahami Tuhan melalui jalan spiritual. Di ujung perjalanan, kita dipersilakan untuk memasuki sebuah ruang rahasia untuk menemui dan mengalami Tuhan sendirian.

Topik di buku ini meliputi:

  • Semesta berlapis, semesta dan realitas holografis, quantum entanglement, semesta siklis, dan dunia paralel.

  • Big bang, awal penciptaan, singularitas, lubang hitam, dan semesta yang berlari.

  • Materi gelap, energi gelap, dan batas pengetahuan manusia.

  • Teori dawai dan energi penciptaan yang tunggal dan terus bergetar.

  • Braneworlds: semesta 3D, 4D, 5D, 6D, 7D, 8D, 9D, dan 10D dalam keutuhan realitas.

  • Entropi, emergence, dan kesadaran sebagai elemen fundamental penciptaan.

  • Batas konformal, akasha, lauhul mahfuz: tempat seluruh desain penciptaan terkodekan di tepian semesta tanpa batas.

  • Pola kesadaran, tingkat kesadaran, dan kesadaran Tuhan.

  • Perjalanan menemukan Tuhan di dalam diri.

“Finding God adalah sebuah ikhtiar untuk mempertemukan sains dengan spiritualitas, sebuah upaya menemukan Tuhan melalui bukti-bukti saintifik dalam riset-riset mutakhir dalam fisika quantum. Tetapi sains memiliki batasannya, yaitu ketakterbatasan, infiniti, dan itulah Tuhan.

 

“Bagaikan Jibril yang berhenti di beranda Sidratul Muntaha dan mempersilakan Muhammad untuk berdialog mesra dengan Tuhannya, sains adalah seorang pengantar yang dingin, setia, kadang jenaka, yang menunjukkan jalan kepada kita untuk menemukan Tuhan, tetapi ia sendiri sadar bahwa dirinya tak mampu memasuki ruang cinta mistis yang melampaui segala bukti indrawi yang dibawanya, yang tanpa bau dan warna, di mana seorang pecinta menemui kekasihnya.

 

“Di sinilah keunikan Finding God. Erianto memandu kita menerabas belantara sains hingga ke tepian dan setelah itu mempersilakan kita sendiri, benar-benar sendiri, untuk menemui dan mengalami Tuhan.”

 

Shalahuddin Gh, penerjemah dan editor buku sains dan spiritual Penerbit Javanica

Bagi yang sudah ​memiliki buku saya, anda bisa medapatkan URL/link di bagian "Sumber Gambar" di dalam buku saya. Link tersebut akan membawa anda ke halaman khusus bagi pembaca buku.

Di sana anda bisa:

  • Melihat gambar-gambar yang dmuat di dalam buku, dengan ukuran lebih besar, lebih jelas, berwarna, dan beranimasi.

  • Melihat gambar yang disinggung di dalam buku tetapi tidak dimuat di buku.

  • Menonton video-video yang disinggung di dalam buku.

  • Join group diskusi buku di Facebook.

  • Join group diskusi buku di Telegram.

  • Mengisi testimoni.

Dari Pembaca

“Tidak pernah terpikirkan ada orang indonesia yang berjalan di atas dua kaki ilmu berbeda untuk tujuan yang sama; Sains dan Spiritualitas.  Mas @eriantorachman ini orangnya dan beliau seorang penulis. Semoga menjadi berkah segala usaha dalam membagikan ilmunya untuk kita yang rindu jalan menuju pulang pada Tuhan :)
Bukunya ada di @penerbitjavanica baiknya segera dimiliki, kumpulan ilmu yang mungkin tidak akan terlahir kembali dalam rentang waktu yang singkat."

".

-- @dienansilmy, Film Producer

~

 

“Jika buku ini sampai ke tangan anda dan anda membacanya, itu artinya

pertemuan anda dengan Tuhan, sudah semakin dekat".

-- Arif RH, Trainer dan Penulis (Yogyakarta)

~

 

"Buku ini bukan untuk Anda yang belum siap memandang Sang Kebenaran sejati.

Jika Anda menemukan cinta dalam lembar-lembar halamannya, buku ini akan mengembangkan batin Anda menapaki jalan kesunyian. Dia yang kamu cari juga mencari-Mu."

-- Heru Margianto, Wartawan kompas.com (Jakarta)

~

"Memahami eksistensi ilahi melalui ilmu Fisika.

Bagi saya, ini adalah karya masterpiece. Hidangan selanjutnya setelah membaca buku Stephen Hawking."

-- Enduro (Bekasi)

~

"Dua sisi yang dulu seolah-olah jauh terpisah...Science dan Spirituality, kini semakin mendekat dan Penulis menyampaikannya dengan bahasa yang mudah dipahami. Recommended for the seekers... enjoy finding your God!

Thank You, Mas Erianto!"

-- Diah Fridari

Dosen & Psikolog, Universitas Udayana Bali.

~

 

"Upaya menjelaskan kedudukan sains dan agama dlm hidup yg terbaik yg pernah saya baca sejauh ini. Wajib buat yg dewasa, waras dan selalu bertanya-tanya.... Best effort in describing the role of science and religions in life, so far.

Must-have for the curious ones...."

-- Paul Bhinneka (Jakarta)

~

 

"Buku Finding God, Menemukan Tuhan.

Saat buku ini datang, saya langsung Melahap Halaman demi Halaman, hanya dalam 3 hari saja saya mampu membaca sd Halaman 322. Semuanya Mencerahkan Logika saya dan manambah Puzzle-Puzzle Ilmu saya. Tetapi Sayangnya, mulai Halaman 323 sd 392 Selesai, saya Butuh 4 hari untuk menyelesaikannya.. Mengapa Begitu...

 

Saat membaca Bab Ketuhanan, diri ini beberapa kali tercerahkan secara rasa, bukan secara logika, terdiam terlatih dahulu, sadar terlebih dahulu, menangis terlebih dahulu, Merenung dalam terlebih dahulu dan Merindu Penuh Kerinduan Pada Sang Maha Merindu.

 

70 Lembar terakhir, Otak saya terdiam, logika saya mati, hanya diam menyapaNya, MerinduNya dan MenyadariNya. Butuh 4 hari tuk menyelesaikan keindahan 70 lembar terakhir, butuh Jeda teramat banyak untuk berhenti menangis saat merinduNya.

Terima Kasih Guru Erianto Rachman atas Buku yang Indah ini. Yang membuat diri ini tersadar kembali bahwa tiada apapun Selain Tuhan."

-- Muhammad Ferry Yusri

Spiritual Teacher & Founder Komunitas Merawat Bahagia (Surabaya)

~

 

"Menurutku, yang paling mahal dari bukumu adalah pengalaman personalmu. Kamu tidak menulis tentang apa yang dibilang orang, tapi tentang apa yang kamu alami sendiri. Orisinil. Kamu adalah satu-satunya penulis Indonesia yang aku tahu menulis tentang fisika dan spiritualitas based on pengalaman pribadimu. Ini dahsyat banget.

Saya percaya buku ini akan sampai pada mereka yang memang sudah moment-nya mendapatkannya. Kalau menggunakan bahasamu di buku, dia yang sampe pada titik emergent untuk menerima buku ini. Mereka yang belum saatnya / belum emergent belum akan menemukan buku ini."

-- Heru Margianto

Wartawan kompas.com

~

"Hawa dingin menjalar di punggung dan di kedua lengan ketika membaca tulisan ini. Hati berdebar, ada perasaan rindu, cinta yg luar biasa, rasa ingin menangis. Hal ini juga yang saya rasakan ketika membaca bab-bab akhir buku Finding God. Hingga disuatu senja ketika saya sedang duduk sambil menikmati secangkir kopi, saya merasakan suatu kenikmatan yg luar biasa saat meneguk kopi tersebut, saya menemukan mutiara itu.

 

Terima Kasih Guru Erianto Rachman."

-- Azizan Paula

~

 

"Saya adalah orang yang senang belajar banyak hal. Akhir-akhir ini pencarian saya terfokus pada bidang yang saya tekuni, inner peace. Tentunya dalam prosesnya, saya juga banyak membaca banyak hal lain yang memperdalam pengetahuan saya tentang kehidupan. Buku 'Finding God' ini menghidupkan puzzle yang sempat terlupa dalam diri saya. Saya sangat berterima kasih dengan hadirnya buku ini. Membuat kualitas hubungan saya dengan Allah menjadi lebih baik. Baik memahami kejadian yang berlangsung dalam hidup, bagaimana berdoa yang baik, bahkan membuat saya menjadi jatuh cinta pada Allah. 

 

Result of knowing is not obedience, but unconditional love. 

with deeply gratitude..."

-- Tristiningsih Dian Ekoputri

Inner Peace Coach, Author, Healer (Surabaya)

~

"Saya buka sekilas. Saya langsung mengenali tulisan mas Eri. Judul tiap bab adalah judul yang akrab buat saya, karena saya membaca blog Human Earth berkali-kali. Membaca Finding God seperti membaca biografi mas Eri. Semuanya adalah pengalaman pribadi yang diceritakan dalam bahasa seorang Sufi. Tak persis sama seperti blog, ada beberapa judul yang di tambah dan diubah yang tentu menimbulkan perspektif baru bagi saya. Yang jelas untuk menulis dengan bahasa yang indah namun mudah dipahami membutuhkan kecerdasan yang tinggi. 

 

"Jangan pulang dari hidup ini sebelum bertemu Tuhan yang menghidupkan Anda kesini"

Luar biasa! Tuhan justru bisa ditemui saat kita hidup. 

 

Ini buku yang wajib dibaca oleh orang orang yang 'gedebukan' menjalani hidup. Walaupun seharusnya semua orang membaca buku ini. Tapi orang orang yang 'gedebukan' tadi, seperti saya contohnya, bisa mendapatkan jawaban dari buku ini. Thanks Mas Eri"

-- Artika Shada (Semarang)

~

"Bermula dari pesan The Mystic yang ini (Puisi yang tertulis pada bookmark buku Finding God) bagi saya bukanlah kebetulan. Buku ini baru selesai saya baca, setiap halaman yg dibaca sebenarnya hanya sebentar saja tapi perenungannya yang lama belum lagi pakai acara nangis bombay. Terkadang saya ulangi lagi dengan seksama tapi tidak dengan tempo yang sesingkat-singkatnya.

 

Buku ini sampai di tangan saya tgl 29 Januari 2021 tepat satu tahun fase pembersihan yang saya alami yang hanya menyisakan selembar pakaian di badan. Setelah itu pun saya dengan rasa bahagia tanpa beban apa-apa saya resign dari sebuah perusahaan yang membersamai saya selama satu setengah dekade. Pesan yang Saya terima di tahun itu, 'Diam dan perhatikan.'

Buku ini saya hadiahkan untuk diri saya sendiri, bagi saya ini adalah surat-surat cinta Tuhan yang dititipkan lewat Pak Eri. Hanya satu kalimat yang bisa terucap 'Terima kasih Tuhan.'

 

Terima kasih Mas Guru Erianto Rachman."

-- Aisyah Muhammad (Samarinda)

bottom of page